Karate merupakan olahraga beladiri yang berasal dari jepang yang menggunakan tangan dan kaki sebagai alat untuk melepaskan kekuatan pukulan, serangan, dan tendangan (Agus Mukholid, 2007:52). Terdiri dari kelas kumite dan kelas kata dengan kategori dan persyaratannya masing-masing. Paparan kali ini akan membahas tentang kelas kumite pada olahraga beladiri karate.
SISTEM ENERGI
Setiap
kegiatan olahraga, tubuh akan menuntut penggunaan dan pengeluaran energi
sebagai persediaan atau juga sebagai cadangan energi dalam otot. Sumber energi
ini berasal adenosin triphospat (ATP) dan phosphocreatie (PCr).
Dalam
tubuh manusia, terdapat dua jenis sistem energi yang berkerja yaitu sistem
anaerobik dan sistem aerobik. Penggunaan ATP dan PCr yang tersimpan dalam otot
tanpa bantuan oksigen dinamakan sistem anaerobik. Tetapi jika sistem ini terus
berlangsung maka diperlukan sistem energi lain yang akhirnya akan sampai pada
sistem aerobik yakni sistem energi dengan bantuan oksigen dengan cara menghirup
udara di sekitar dan di luar tubuh melalui pernapasan.
Dalam
olahraga karate khususnya kelas Kumite, sistem energi yang digunakan adalah Sistem Energi Anaerob dan Energi Aerob.
|
Pada sistem
Anaerob sumber tenaga yang pertama kali digunakan adalah sistem energi alaktik yakni ATP (Adenosin Triphospate) yang hanya mampu menopang kerja kira-kira selama
5 detik. Dalam respon yang terjadi saat ATP habis dan kerja masih
berlanjut, bantuan PCr (Phospo Creatin) dapat membantu kontraksi
otot berlangsung lebih lama lagi dengan memperpanjang kerja 8-10 detik (Bompa,2015).
Jika kerja masih harus berlangsung lebih lama lagi (karena ATP-PCr jumlahnya
terbatas), maka kebutuhan energi membutuhkan sistem glikolisis atau asam
laktat. Dengan sistem glikolisis atau laktit, akan mampu memperpanjang
masa kerja hingga 60 detik.
Penggunaan glikogen
yang terus menerus selama kerja dikarenakan glikogen harus habis atau kosong.
Glikogen bisa didapatkan kembali dengan mengonsumsi karbohidrat sederhana
setelah latihan dan dilanjutkan dengan karbohidrat komplek, buah, sayur dan
istirahat cukup.
Lalu setelah sistem Anaerob, sistem Aerob membutuhkan sekitar 60-80 detik untuk mulai
memproduksi energi guna merintesis ATP. Karena asam laktat sudah tidak dapat
meresintesis lagi menjadi sumber energi, maka diperlukan bantuan oksigen (
) dengan sistem Aerob agar pemecahan glikogen
secara penuh menjadi C
dan
yang menghasilkan ATP sebagai sumber energi
yang dapat menghambat asam laktat menimbun pada otot. Sebagai hasilnya, sistem Aerob merupakan sumber energi
utama untuk perlombaan atau pertandingan dengan estimasi waktu 1 menit hingga 3
jam (Bompa,2015:39). Ciri-ciri sistem Aerob antara lain intensitas
kerja sedang, lama kerja lebih dari 3 menit, irama gerak kerja lancar dan
kontinyu, serta menghasilkan C
+
dalam aktivitasnya (Sukadiyanto,2011).
Menurut
Rainer Marteens (2004:277) karate menggunakan energi anaerobik yang tinggi dan
energi aerobik sedang. Sedangkan untuk biomotoriknya membutuhkan daya
tahan sedang s.d tinggi, kekuatan sedang s.d tinggi, daya ledak tinggi, dan
kelentukan tinggi.
KOMPONEN BIOMOTOR DOMINAN
Pertandingan kelas
kumite yang berdurasi 2 menit ini membutuhkan daya tahan, kekuatan, daya ledak, dan kelentukan. Namun dari
beberapa komponen yang disebutkan, beberapa diantaranya merupakan perpaduan
dari kekuatan dan kecepatan
sehingga menghasilkan daya ledak atau
power.
Komponen biomotor
merupakan komponen yang menyusun kemampuan gerak manusia berdasarkan energi
yang tersimpan di dalam otot maupun yang berasal dari makanan (luar). Berdasarkan
penjelasan di atas, olahraga karate kelas kumite menggunakan sistem energi
anaerob dan membutuhkan komponen biomotor yang dominan diantaranya ketahanan,
power dan kelincahan.
1.
Daya
Tahan (Endurance)
Dick,dkk (1978)
dalam buku Tes dan Pengukuran dalam
Olahraga milik Dr. Albertus Fenanlampir,dkk (2015) mengatakan bahwa daya tahan
otot yang diistilahkannya Strenght
Endurance adalah kemampuan seluruh organisme tubuh untuk mengarasi lelah
pada waktu melakukan aktivitas yang menuntu kekuatan dalam waktu yang lama.
Agar dapat
mengatasi kelelahan saat tubuh melakukan kerja olahraga pada cabangnya, maka
latihan endurance akan mengikuti kriteria olahraganya karena menurut
Sukadiyanto (2011:60) latihan ini dipengaruhi dan berdampak pada kualitas
sistem kardiovaskuler, pernapasan, dan sistem peredaran darah. Salah satu jenis
daya tahan berdasarkan lama kerjanya, olahraga ini masuk dalam kategori ketahanan jangka menengah yang
memerlukan waktu antara 2 hingga 6 menit. Dan kebutuhan energinya dipenuhi oleh
sistem energi laktik .
2.
Kelentukan
(Flexibility)
Latihan
fisik dan pertandingan akan sangat berat untuk otot atlet. Atlet harus bekerja
untuk mengatur dan memperbaiki fleksibilitas mereka setiap harinya untuk
meningkatkan ruang gerak dan memperbaiki performa (Rainer Martens,2004).
Dalam
Apta dkk (2015) fleksibilitas berhubungan dengan kelentukan (fleksibilitas
antar tulang) dan kelenturan (fleksibilitas antar otot, tendon dan ligamen).
Tingkat elastisitas otot dan ligamen lanjutnya Apta dkk, sangat dipengaruhi
oleh keadaan suhu dan temperatur lingkungan, semakin panas suhu tubuh dan suhu
lingkungan maka kondisi otot akan relatif lebih elastis dari suhu tubuh
normalnya oleh karena itu dianjurkan sebelum melakukan olahraga didahului
dengan pemanasan agar suhu tubuh naik.
Terdapat
perbedaan kebutuhan kelentukan untuk setiap keberhasilan penampilan atlet pada
masing-masing cabang olahraganya.
3.
Waktu
Kecepatan Reaksi (Reaction Time Speed)
Waktu reaksi merupakan periode antara stimulus dan
respon. Atlet harus melihat dan mengenal permainan lawan untuk mengetahui
reaksi yang akan ditimbulkan. Latihan untuk meningkatkan akselerasi adalah
kunci penting seorang atlet. Kemampuan akselesari berhubungan erat dengan waktu
reaksi. Reaction time mengarah
pada kemampuan atlet dalam mestimulus setiap reaksi. Keceparan waktu reaksi
memungkinan kesuksesan atlet. Contohnya, kecepatan sprinter dalam mereaksi
tanda perlombaan (pistol) dimulai semakin cepat semakin baik.
Faktor yang mempengaruhi reaction time adalah
rangsangan yang dihasilkan, antisipasi, dan kemampuan gerak.
4.
Kekuatan
(Strenght)
kekuatan juga
menjadi komponen biomotorik yang penting dalam setiap cabang olahraga tak
terkecuali karate. Kekuatan merupakan salah satu unsur untuk membantu komponen
fisik yang lain seperti power dan kelincahan kekuatan. Menurut Apta Mylsidayu,dkk
(2015:98) mengartikan strenght
sebagai kemampuan otot untuk mengatasi tahanan dalam jangka waktu tertentu.
Macam-macam
kekuatan menurut Bompa (1994) dalam Sukadiyanto (2011:94) dalam upaya mendukung
pencapaian prestasi maksimal diantaranya adalah kekuatan umum, kekuatan khusus,
kekuatan maksimal, kekuatan ketahanan, kekuatan kecepatan, kekuatan absolut,
kekuatan relatif, dan kekuatan cadangan.
Dan jenis
kekuatan yang tepat untuk kumite adalah kekuatan kecepatan karena ada kaitannya
rangsang dan waktu yang singkat. Menurut Sukadiyanto (2011:95) kekuatan
kecepatan sama dengan power. Pendapat lain menyatakan bahwa kekuatan kecepatan
sama dengan kekuatan elastis atau kekuatan eksplosif yakni kecepatan kontraksi
otot saat mengatasi beban secara eksplosif..
5.
Daya
Ledak Otot (Power)
Daya
ledak atau power atau biasa disebut kekuatan eksplosif yang melibatkan
kecepatan kontraksi otot dinamis dan kekuatan otot maksimal dalam waktu yang
singkat menurut Pyke & Watson (1978) dalam Albertus,dkk (2015).
Power
merupakan hasil kali dari kekuatan dan kecepatan dengan penggunaan kekuatan
maksimal dalam waktu yang pendek. Power dapat maksimal dengan metode khusus
setelah tahap latihan kekuatan maksimum. Menurut Rainer Martens, (2004:272) jika
kekuatan atau kecepatan meningkat, maka power juga akan mengalami peningkatan. Wujud
gerak dari power adalah selalu bersifat eksplosif Apta Mylsidayu,dkk
(2015:136). Dalam Albertus,dkk (2015:141) mengatakan agar data yang diperoleh
sesuai dengan tujuan yang diharapkan, selain memperharikan bentuk tesnya juga
harus dibedakan jenis power yang akan diukur.
Faktor
yang mempengaruhi power diantaranya waktu reaksi, beban pemberat, teknik
kecepatan yang tepat sehingga keterampilan terkuasai dan penggunaan tenaga
akan efisien, elastisitas otot, jenis otot (otot putih atau otot merah),
konsentrasi dan kemauan (Sukadiyanto, 2011).
DAFTAR PUSTAKA
1. Ratamess,Nicholas. 2012. ACSM’s
Foundation of Strength Training And Conditioning. USA:American
College
of Sports Medicine.
2. Brown, Lee E; Ferrigno, Vance A.
2005. Training for Speed, Agility and Quickness. USA:Human Kinetics.
3. Bompa, Tudor; Buzzichelli, Carlo A.
2015. Periodizations Training for Sport. USA : Human Kinetics.
4. Fernanlampir, Albertus; Faruq, M.
Muhyi. 2015. Tes dan Pengukuran dalam Olahraga. Penerbit Andi.