Senin, 06 November 2017

KARATE

Karate merupakan olahraga beladiri yang berasal dari jepang yang menggunakan tangan dan kaki sebagai alat untuk melepaskan kekuatan pukulan, serangan, dan tendangan (Agus Mukholid, 2007:52). Terdiri dari kelas kumite dan kelas kata dengan kategori dan persyaratannya masing-masing. Paparan kali ini akan membahas tentang kelas kumite pada olahraga beladiri karate.



SISTEM ENERGI
Setiap kegiatan olahraga, tubuh akan menuntut penggunaan dan pengeluaran energi sebagai persediaan atau juga sebagai cadangan energi dalam otot. Sumber energi ini berasal adenosin triphospat (ATP) dan phosphocreatie (PCr).
Dalam tubuh manusia, terdapat dua jenis sistem energi yang berkerja yaitu sistem anaerobik dan sistem aerobik. Penggunaan ATP dan PCr yang tersimpan dalam otot tanpa bantuan oksigen dinamakan sistem anaerobik. Tetapi jika sistem ini terus berlangsung maka diperlukan sistem energi lain yang akhirnya akan sampai pada sistem aerobik yakni sistem energi dengan bantuan oksigen dengan cara menghirup udara di sekitar dan di luar tubuh melalui pernapasan.
Dalam olahraga karate khususnya kelas Kumite, sistem energi  yang digunakan adalah Sistem Energi Anaerob dan Energi Aerob.



Pada sistem Anaerob sumber tenaga yang pertama kali digunakan adalah sistem energi alaktik yakni ATP (Adenosin Triphospate) yang hanya mampu menopang kerja kira-kira selama 5 detik. Dalam respon yang terjadi saat ATP habis dan kerja masih berlanjut,  bantuan PCr (Phospo Creatin) dapat membantu kontraksi otot berlangsung lebih lama lagi dengan memperpanjang kerja 8-10 detik (Bompa,2015). Jika kerja masih harus berlangsung lebih lama lagi (karena ATP-PCr jumlahnya terbatas), maka kebutuhan energi membutuhkan sistem glikolisis atau asam laktat. Dengan sistem glikolisis atau laktit, akan mampu memperpanjang masa kerja hingga 60 detik.
Penggunaan glikogen yang terus menerus selama kerja dikarenakan glikogen harus habis atau kosong. Glikogen bisa didapatkan kembali dengan mengonsumsi karbohidrat sederhana setelah latihan dan dilanjutkan dengan karbohidrat komplek, buah, sayur dan istirahat cukup.
Grafik Persediaan Energi pada Sistem Energy (Bompa,2015:43)


 Lalu setelah sistem Anaerob, sistem Aerob membutuhkan sekitar 60-80 detik untuk mulai memproduksi energi guna merintesis ATP. Karena asam laktat sudah tidak dapat meresintesis lagi menjadi sumber energi, maka diperlukan bantuan oksigen ( ) dengan sistem Aerob agar pemecahan glikogen secara penuh menjadi C  dan   yang menghasilkan ATP sebagai sumber energi yang dapat menghambat asam laktat menimbun pada otot. Sebagai hasilnya, sistem Aerob merupakan sumber energi utama untuk perlombaan atau pertandingan dengan estimasi waktu 1 menit hingga 3 jam (Bompa,2015:39).  Ciri-ciri sistem Aerob antara lain intensitas kerja sedang, lama kerja lebih dari 3 menit, irama gerak kerja lancar dan kontinyu, serta menghasilkan C  +   dalam aktivitasnya (Sukadiyanto,2011).

Menurut Rainer Marteens (2004:277) karate menggunakan energi anaerobik yang tinggi dan energi aerobik sedang. Sedangkan untuk biomotoriknya membutuhkan daya tahan sedang s.d tinggi, kekuatan sedang s.d tinggi, daya ledak tinggi, dan kelentukan tinggi.



KOMPONEN BIOMOTOR DOMINAN

Pertandingan kelas kumite yang berdurasi 2 menit ini membutuhkan daya tahan, kekuatan, daya ledak, dan kelentukan. Namun dari beberapa komponen yang disebutkan, beberapa diantaranya merupakan perpaduan dari kekuatan dan  kecepatan sehingga menghasilkan daya ledak atau power.
Komponen biomotor merupakan komponen yang menyusun kemampuan gerak manusia berdasarkan energi yang tersimpan di dalam otot maupun yang berasal dari makanan (luar). Berdasarkan penjelasan di atas, olahraga karate kelas kumite menggunakan sistem energi anaerob dan membutuhkan komponen biomotor yang dominan diantaranya ketahanan, power dan kelincahan.
1.    Daya Tahan (Endurance)
Dick,dkk (1978) dalam buku  Tes dan Pengukuran dalam Olahraga milik Dr. Albertus Fenanlampir,dkk (2015) mengatakan bahwa daya tahan otot yang diistilahkannya Strenght Endurance adalah kemampuan seluruh organisme tubuh untuk mengarasi lelah pada waktu melakukan aktivitas yang menuntu kekuatan dalam waktu yang lama.
Agar dapat mengatasi kelelahan saat tubuh melakukan kerja olahraga pada cabangnya, maka latihan endurance akan mengikuti kriteria olahraganya karena menurut Sukadiyanto (2011:60) latihan ini dipengaruhi dan berdampak pada kualitas sistem kardiovaskuler, pernapasan, dan sistem peredaran darah. Salah satu jenis daya tahan berdasarkan lama kerjanya, olahraga ini masuk dalam kategori ketahanan jangka menengah yang memerlukan waktu antara 2 hingga 6 menit. Dan kebutuhan energinya dipenuhi oleh sistem energi laktik .

2.    Kelentukan (Flexibility)
Latihan fisik dan pertandingan akan sangat berat untuk otot atlet. Atlet harus bekerja untuk mengatur dan memperbaiki fleksibilitas mereka setiap harinya untuk meningkatkan ruang gerak dan memperbaiki performa (Rainer Martens,2004).
Dalam Apta dkk (2015) fleksibilitas berhubungan dengan kelentukan (fleksibilitas antar tulang) dan kelenturan (fleksibilitas antar otot, tendon dan ligamen). Tingkat elastisitas otot dan ligamen lanjutnya Apta dkk, sangat dipengaruhi oleh keadaan suhu dan temperatur lingkungan, semakin panas suhu tubuh dan suhu lingkungan maka kondisi otot akan relatif lebih elastis dari suhu tubuh normalnya oleh karena itu dianjurkan sebelum melakukan olahraga didahului dengan pemanasan agar suhu tubuh naik.
Terdapat perbedaan kebutuhan kelentukan untuk setiap keberhasilan penampilan atlet pada masing-masing cabang olahraganya.

3.    Waktu Kecepatan Reaksi (Reaction Time Speed)
Waktu reaksi merupakan periode antara stimulus dan respon. Atlet harus melihat dan mengenal permainan lawan untuk mengetahui reaksi yang akan ditimbulkan. Latihan untuk meningkatkan akselerasi adalah kunci penting seorang atlet. Kemampuan akselesari berhubungan erat dengan waktu reaksi. Reaction time mengarah pada kemampuan atlet dalam mestimulus setiap reaksi. Keceparan waktu reaksi memungkinan kesuksesan atlet. Contohnya, kecepatan sprinter dalam mereaksi tanda perlombaan (pistol) dimulai semakin cepat semakin baik.
Faktor yang mempengaruhi reaction time adalah rangsangan yang dihasilkan, antisipasi, dan kemampuan gerak.

4.    Kekuatan (Strenght)
kekuatan juga menjadi komponen biomotorik yang penting dalam setiap cabang olahraga tak terkecuali karate. Kekuatan merupakan salah satu unsur untuk membantu komponen fisik yang lain seperti power dan kelincahan kekuatan. Menurut Apta Mylsidayu,dkk (2015:98) mengartikan strenght sebagai kemampuan otot untuk mengatasi tahanan dalam jangka waktu tertentu.
Macam-macam kekuatan menurut Bompa (1994) dalam Sukadiyanto (2011:94) dalam upaya mendukung pencapaian prestasi maksimal diantaranya adalah kekuatan umum, kekuatan khusus, kekuatan maksimal, kekuatan ketahanan, kekuatan kecepatan, kekuatan absolut, kekuatan relatif, dan kekuatan cadangan.
Dan jenis kekuatan yang tepat untuk kumite adalah kekuatan kecepatan karena ada kaitannya rangsang dan waktu yang singkat. Menurut Sukadiyanto (2011:95) kekuatan kecepatan sama dengan power. Pendapat lain menyatakan bahwa kekuatan kecepatan sama dengan kekuatan elastis atau kekuatan eksplosif yakni kecepatan kontraksi otot saat mengatasi beban secara eksplosif..

5.    Daya Ledak Otot (Power)
Daya ledak atau power atau biasa disebut kekuatan eksplosif yang melibatkan kecepatan kontraksi otot dinamis dan kekuatan otot maksimal dalam waktu yang singkat menurut Pyke & Watson (1978) dalam Albertus,dkk (2015).
Power merupakan hasil kali dari kekuatan dan kecepatan dengan penggunaan kekuatan maksimal dalam waktu yang pendek. Power dapat maksimal dengan metode khusus setelah tahap latihan kekuatan maksimum. Menurut Rainer Martens, (2004:272) jika kekuatan atau kecepatan meningkat, maka power juga akan mengalami peningkatan. Wujud gerak dari power adalah selalu bersifat eksplosif Apta Mylsidayu,dkk (2015:136). Dalam Albertus,dkk (2015:141) mengatakan agar data yang diperoleh sesuai dengan tujuan yang diharapkan, selain memperharikan bentuk tesnya juga harus dibedakan jenis power yang akan diukur.
Faktor yang mempengaruhi power diantaranya waktu reaksi, beban pemberat, teknik kecepatan yang tepat sehingga keterampilan terkuasai dan penggunaan tenaga akan efisien, elastisitas otot, jenis otot (otot putih atau otot merah), konsentrasi dan kemauan (Sukadiyanto, 2011).


DAFTAR PUSTAKA
1. Ratamess,Nicholas. 2012. ACSM’s Foundation of Strength Training And Conditioning. USA:American College of Sports Medicine.
2. Brown, Lee E; Ferrigno, Vance A. 2005. Training for Speed, Agility and Quickness. USA:Human Kinetics.
3. Bompa, Tudor; Buzzichelli, Carlo A. 2015. Periodizations Training for Sport. USA : Human Kinetics.
4. Fernanlampir, Albertus; Faruq, M. Muhyi.  2015. Tes dan Pengukuran dalam Olahraga. Penerbit Andi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar